:: APAKAH KITA YANG DIRINDUKAN RASULULLAH? ::
Sahabat Hikmah…
Mengenang MAULI NABI...
Kita punya cara untuk mengenang orang paling mulia di dunia, Nabi
Muhammad saw.Catatan ringkas ini semoga menjadi renungan buat kita.
Berteladan kepada Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam agar kita menjadi ummat yang dirindunya. Bagaimana beliau?
1.) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa
perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk
keperluan keluarga maupun untuk dijual.
2.) Setiap kali pulang
ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil
tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya
di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau
selalu membantu urusan rumahtangga.
3.) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.
4.) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat
lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk
sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke
pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’ Aisyah
menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’
Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa
sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.
5.)
Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang
memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul
isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat
keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku
pukul dia.” Jelas lelaki itu.
“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.
“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”
6.) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling
baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan
tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung
tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.
7.) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para
sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak
melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak
seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan
yang lain. Lalu Umar ra tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti
itu langsung bertanya setelah shalat.
‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”
“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami
mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau
sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah
mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau
yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil,
untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan
bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.
“Ya
Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan,
kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’
Lalu
Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa
pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di
hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada
umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar
umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi
tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
8.) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.
9.) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik
dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya.
Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang
dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur
dengan lembut perbuatan itu.
10.) Kecintaannya yang tinggi
terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri
Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan
(dipertuan).
11.) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH
langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain,
ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.
12.) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih
tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah
beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.
13.) Fisiknya
sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya
oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga?
Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan
lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba?
Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS
Al-Ahzab:21)
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS
Ali Imran :31)
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ
Oleh: Aidil Heryana, S.Sosi
No comments:
Post a Comment